Mampet

Pagi ini saya terbangun dalam keadaan berlinangan air mata, mewek. Ini bukan pertama kalinya menangis di saat tidur, tapi juga bukan hal yang sudah biasa dialami sejak dulu.
Waktu kecil saya memang sering mimpi yang seram-seram, sepertinya karena pernah nonton film horor dan terbawa terus dalam mimpi. Tapi saya tidak pernah menangis. Beranjak remaja mimpi-mimpi horor hampir tidak pernah saya alami lagi, kalaupun iya, entah kenapa saya (dalam mimpi) tidak merasa takut, biasa saja.
Saya masih ingat pertama kali bangun tidur dalam keadaan sesenggukan. (Saya juga masih ingat siapa oknum yang bikin saya mewek! -tapi tentu saja itu off the record :P). Ketika kemudian di lain kesempatan hal ini terulang lagi, saya mulai bertanya-tanya, mencoba menganalisa -kenapa kok bisa sampai nangis ketika tidur.

Sepertinya ini bentuk protes diri saya (sadar atau tidak), bahwa ada suatu hal (atau lebih) yang dianggap remeh, padahal tidak. Saya kepikiran, tapi tidak pernah diungkapkan -entah dalam bentuk curhat langsung ke seseorang, menulis di diary, blog, menggambar, atau dibuat cerpen. Hal-hal pengganggu pikiran yang tidak tersalurkan ini ternyata menjadi masalah dan akhirnya menghantui saya ketika tidur. Alam bawah sadar saya membawanya untuk diselesaikan, meskipun pada akhirnya, karena dibawanya dalam mimpi, penyelesaiannya (kalau bisa dibilang begitu) adalah dengan menangisinya. Setidaknya dengan begitu, hal yang tadinya dianggap remeh (padahal tidak), bisa disadari keberadaannya dan tergelontor hanyut bersama air mata dan (mudah-mudahan) tidak mengganggu lagi. Dan itu terbukti ketika saya bangun setelah tidur sambil menangis; walaupun ada perasaan sedih yang tertinggal, tapi sekaligus juga ada kelegaan. Bisa dibilang ini seperti membersihkan saluran emosi yang mampet, ya? :D
Nah, sekarang saya harus mencari solusi supaya saluran emosi tidak kerap mampet dan bikin saya sering bangun dengan muka sembap dan mata seperti kodok bangkong...

Comments

  1. ih, judulnya keren, Pivicasa :D *komen gak mutu*

    ReplyDelete
  2. jadi teringat, saya sebulan sekali pasti menangis. entahlah... ya seperti bentuk penyaluran emosimu yg mampet itu. Cuma kalau saya tidak sampe kemimpi-mimpi. Emosi kalo ditahan, penyelesaian paling mudah dan tidak menyakiti org lain kurasa cuma menangis. Dan itu yg sampe sekarang masih saya lakukan.

    Jadi kalo menemukan saya nangis tanpa sebab, artinya ada rasa sesak didada, tidak ingin dibahas tapi ingin diredam emosinya... :)
    Seiring berjalannya waktu pasti saya melupakan masalah itu.

    ReplyDelete
  3. Fenty: makasih dibilang keren :D *halah*

    Ipied: saya juga kadang suka menangis sendiri! Memang menangis itu melegakan yaaa, untung kita masih bisa menangis ;)

    ReplyDelete

Post a Comment