Du-du-du Syalala-lala

Saya suka dan sering menyanyi dan bersenandung, terutama di kamar mandi. Akhir-akhir ini malah makin sering.
Kalau ada yang protes, manaaa, ngga pernah kedengaran kamu menyanyi, Poy!
Oooh, percayalah, saya hampir selalu menyanyi, termasuk di situasi yang tidak mengenakkan. Terlebih di situasi seperti itu, malah, karena saya menyanyi untuk menghibur hati, menenangkan diri. Perkara tidak semua orang tahu dan pernah mendengarnya, itu karena kadang saya menyanyi pelan- pelan, hanya bersenandung lirih atau dalam hati saja.


Yang dulu satu SMA pasti tahu, terutama waktu kelas tiga, saya punya buku khusus catatan lirik lagu yang ditulis dengan indah dan sering saya nyanyikan di kelas waktu pergantian pelajaran atau kapan pun sempat. Teman-teman juga suka meminta saya saja yang menyanyikan lagu kesukaan mereka. Waktu itu ngga peduli suara saya seperti apa, pokoknya nyanyi saja -saya senang, teman-teman juga.

Tapi saya mulai hati-hati menyanyi setelah kejadian seusai latihan vocal group di gereja. Itu adalah vocal group teman-teman sesama peserta katekisasi yang akan ditampilkan ketika angkat sidi.
Saya ngga pernah meminta untuk ikutan vocal group itu, karena walaupun suara ngga jelek-jelek amat laaah (gak tau lagi bagi pakar olah vokal :P), tapi saya juga tidak pernah berlatih nyanyi beneran dan tidak pernah ikutan segala macam vocal group atau paduan suara dimana pun.
Biasanya ya cuma nyanyi suka-suka di kelas atau di rumah, dengan lagu-lagu tertentu yang saya rasa sesuai dengan warna suara saya (jangan minta untuk menjelaskan lebih jauh ya, malessss hahaha).
Makanya waktu mereka memaksa (dengan satu oknum yang paling getol memprospek), saya mikir lamaaa baru akhirnya setuju karena segala macam rayuan yang dilancarkan.
Lalu...
Setelah beberapa kali ikut latihan, tiba-tiba oknum yang tadinya getol merayu saya mendekat dan bilang, latihan minggu depan saya ngga usah datang.
Ternyata karena ada salahsatu anggota katekisasi yang awalnya didambakan untuk ikutan tapi tidak pernah muncul, mendadak nongol dan bersedia ikut vocal group. Ya, selain itu, mungkin juga karena suara saya ancur banget kurang cocok warnanya dengan anggota yang lain. *batuk-batuk kecil*

Di situ saya merasa sedih.

Sejak kejadian itu, saya mulai mawas diri akan urusan tarik suara. Bukaaaan, bukan dengan les vokal dan lain sebagainya (sempat kepikir sih, tapi belum kesampaian), tapi lebih kepada berhati-hati bila ada di sekitar orang-orang tertentu yang hobinya ngritik suara orang. Orang-orang gereja tuh yang banyak, terutama anggota paduan suara. Bagi saya, mereka ini seperti monster yang kerjaannya mencari mangsa untuk dicela kalau ambil nadanya mbleset sedikit -apalagi banyak. Nggak seru. Nggak asik blas pokoknya.

Saya sering menyanyi, terutama di kamar mandi. Beberapa waktu lalu sempat terpaksa bungkam ketika tidak tinggal di rumah sendiri (dan banyak polisi suara *bisik-bisik*), tapi sekarang sudah bebas menyanyi lagi.

Di situ saya merasa senang. Dan bersyukur :)


Comments